perubahan iklim
Search
HOME
MARKET
INVESTMENT
NEWS
ENTREPRENEUR
SYARIAH
TECH
LIFESTYLE
INSIGHT
OPINI
PROFIL
MARKET DATA
MARKET FLASH
WATCHLIST
CNBC TV
TOPIK
FOTO
VIDEO
INFOGRAFIS
INDEKS
REGISTER LOGIN
IKUTI KAMI
HOME MARKET INVESTMENT NEWS ENTREPRENEUR SYARIAH TECH LIFESTYLE OPINI PROFIL MARKET DATA MARKET FLASH WATCHLIST CNBC TV TOPIK INDEKS
MY MONEY FOTO VIDEO INFOGRAFIS BERBUATBAIK.ID
Home News Berita
Muncul yang Lebih Seram dari Covid, Tokoh Agama Turun Tangan!
Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
NEWS 18 February 2022 10:40
Birds fly over a man taking photos of the exposed riverbed of the Old Parana River, a tributary of the Parana River during a drought in Rosario, Argentina, Thursday, July 29, 2021. Parana River Basin and its related aquifers provide potable water to close to 40 million people in South America, and according to environmentalists the falling water levels of the river are due to climate change, diminishing rainfall, deforestation and the advance of agriculture. (AP Photo/Victor Caivano)
Foto: Burung-burung terbang di atas seorang pria yang mengambil foto dasar sungai yang kering dari Old Parana River, anak sungai Parana River selama kekeringan di Rosario, Argentina, Kamis, 29 Juli 2021. (AP/Victor Caivano)
Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa tokoh umat Kristiani dunia menyerukan kepada masyarakat dunia untuk bersatu dan bersiap menghadapi ancaman perubahan iklim yang diyakini lebih mengerikan dari pandemi Covid-19. Seruan itu disampaikan melalui sebuah deklarasi bersama.
Mengutip Guardians, deklarasi yang dimotori pemimpin gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, pemimpin spiritual gereja Ortodoks, Patriark Ekumenis Bartholomew, dan uskup agung Anglikan, Justin Welby itu menyebutkan bahwa masyarakat dunia harus mulai mendengarkan tangisan Bumi dan orang-orang miskin.
"Ini adalah momen kritis. Masa depan anak-anak kita dan masa depan rumah kita bersama bergantung padanya," ujar deklarasi bersama ini, seperti dikutip Jumat (18/2/2022).
Mereka juga meminta agar seluruh masyarakat mulai peduli dengan kondisi dan situasi dunia saat ini dengan lebih bertanggung jawab atas kegiatan yang mereka lakukan. Maka itu, ketiga tokoh Kristiani ini memohon agar masyarakat mau berkorban demi masa depan dunia.
"Dunia sudah menyaksikan konsekuensi dari penolakan kita untuk melindungi dan melestarikan. Sekarang, pada saat ini, kita memiliki kesempatan untuk bertobat, berbalik dalam tekad, menuju ke arah yang berlawanan. Kita harus mengejar kemurahan hati dan keadilan dalam cara kita hidup, bekerja dan menggunakan uang, bukan keuntungan egois."
Sebelumnya gema perubahan iklim sudah mulai disampaikan oleh beberapa tokoh dunia. Terbaru, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut bahwa dunia saat ini sedang dalam kondisi yang sangat parah. Ini disampaikan kepada para korban Badai Ida di New York.
"Bencana-bencana ini tidak akan berhenti. Mereka hanya akan datang dengan frekuensi dan keganasan yang lebih banyak," ujar presiden asal Delaware itu beberapa waktu lalu.
"Kita harus mendengarkan para ilmuwan dan ekonom dan pakar keamanan nasional. Mereka semua memberi tahu kita ini kode merah."
Kondisi perubahan iklim akibat polusi global sendiri memang bukan isapan jempol belaka. Sebuah laporan dari Panel Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menemukan bahwa dunia mungkin memanas hingga 1,5°C pada awal 2030-an. Kenaikan ini disebut sangat mengancam negara-negara kepulauan di Samudera Pasifik, termasuk Indonesia.
Selain itu, para peneliti ekologi dunia menyebut bahwa ada beberapa indikator perubahan iklim yang telah menembus batasan normal. Indikator tersebut yakni jumlah es yang mencair di kutub, kenaikan suhu permukaan laut, dan deforestasi.
Komentar
Posting Komentar