Jalur Sutra Tiongkok, Mimpi Buruk bagi Uighur
Urumqi, CNN Indonesia-- Ambisi Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk mewujudkan rencana Jalur Sutra dianggap menjadi ancaman tersendiri bagi masyarakat Uighur di Xinjiang, salah satu wilayah yang akan dilalui garis tata niaga yang terbentang dari Eropa, Afrika dan Asia itu.Xi telah berkomitmen untuk menganggarkan US$40 miliar untuk investasi dengan negara-negara Asia untuk membiayai infrastruktur, sumber daya, produksi, dan kerja sama lainnya demi merintis kembali Jalur Sutra yang menjadi rute perdagangan 2.000 tahun lalu.Sebelum mengumumkan rencana ini di KTT APEC di Beijing pekan lalu, Xi telah mengunjungi beberapa negara di Asia Selatan dan Tengah, menandatangani beberapa perjanjian energi senilai miliaran dollar.Dalam perjanjian ini, minyak dan gas akan dialirkan dari negara tetangga menuju Tiongkok melalui Xinjiang, tempat tinggal kelompok minoritas Uighur yang menjadi korban penindasan dan kekerasan pemerintah Beijing.Dalam perjanjian bisnis denganTiongkok, negara-negara Asia Selatan dan anggota Organisasi Kerja Sama Shanghai berjanji akan mendukung Beijing untuk melawan "terorisme Uighur", yang melakukan beberapa penyerangan, termasuk menabrakkan mobil di Lapangan Tiananmen dan penikaman di Urumqi.
--
Menurut Kongres Dunia Uighur yang berada di pengasingan, kerja sama Tiongkok dengan negara-negara Asia terkait Jalur Sutra akan membuat mereka semakin tertindas. Tiongkok kini punya lebih banyak alasan untuk memberangus mereka."Perjanjian Tiongkok dengan Afganistan, Pakistan dan negara-negara Kerja Sama Shanghai berarti akan ada lebih banyak penindasan tangan besi terhadap Uighur dengan persetujuan dan dukungan negara tetangga," kata Alim Seytoff, juru bicara Kongres Dunia Uighur, dikutip dari Al-Jazeera (11/11).Dua cara TiongkokMenurut Shannon Tiezzi, ahli dari U.S.-China Policy Foundation, Tiongkok punya dua cara untuk mengatasi terorisme di Xinjiang.Cara pertama, kata Tiezzi, adalah melakukan pemberantasan aktivitas terorisme, menyebabkan puluhan orang ditahan dan diadili. Cara kedua, Beijing meningkatkan strateginya dalam mengembangkan perekonomian di wilayah itu untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di antara masyarakat Uighur yang merupakan salah satu penyebab munculnya terorisme."Dalam konteks ini, inisiatif Jalur Sutra terkait sempurna dengan rencana Tiongkok mengembangkan wilayah miskin dan kurang berkembangdi daerah barat, termasuk XInjiang. Sabuk Ekonomi Jalur Sutra jadi alasan pemerintah pusat untuk habis-habisan mengeluarkan dana bagi pembangunan kawasan," kata Tiezzi kepada The Diplomat (19/11).Efek pembangunan ini mulai terasa di Xinjiang.Salah satu yang merasakannyaadalah Kota kecil Horgos di Xinjiang. Kota yang baru dikembangkan Juli lalu ini dibuat menjadi pusat perdagangan dan transportasi bagian dari Jalur Sutra yang menghubungkan Tiongkok dengan Kazakhstan, Rusia dan bahkan Jerman.Bahkan, kota berpenduduk hanya 85 ribu orang itu sekarang adalah tempat zona perdagangan bebas antar perbatasan pertama di Tiongkok. Untuk daerah ini, Tiongkok menginvestasikan dana hingga US$3,25 miliar."Antara Januari dan Agustus 2014, pendapatan pemerintah Horgos lebih tinggi 80 persen ketimbang periode yang sama pada 2013," kata Tiezzi.Walaupun perekonomian berkembang, namun komunitasUighur di pengasingan merasa waswas. Menjaga iklim investasi tetap aman bagi investor asing akan menjadi alasan Tiongkok dalam menindas dan memberangus Uighur di Xinjiang."Investasi US$40 miliar Tiongkok yang diperkenalkan Xi adalah kabar buruk bagi masyarakat Uighur," kata Seytoff."Investasi Tiongkok tidak membawa kemakmuran, stabilitas atau perdamaian bagirakyat Uighur di Turkistan Timur. Saat Turkistan Timur secara strategis semakin penting, yang merupakan gerbang bagi Asia Tengah dan Selatan ke Tiongkok, kami melihat lebih banyak penindasan terhadap Uighur dalam satu dekade terakhir, terutama sejak 9/11," lanjut Seytoff lagi.
--
Menurut Kongres Dunia Uighur yang berada di pengasingan, kerja sama Tiongkok dengan negara-negara Asia terkait Jalur Sutra akan membuat mereka semakin tertindas. Tiongkok kini punya lebih banyak alasan untuk memberangus mereka."Perjanjian Tiongkok dengan Afganistan, Pakistan dan negara-negara Kerja Sama Shanghai berarti akan ada lebih banyak penindasan tangan besi terhadap Uighur dengan persetujuan dan dukungan negara tetangga," kata Alim Seytoff, juru bicara Kongres Dunia Uighur, dikutip dari Al-Jazeera (11/11).Dua cara TiongkokMenurut Shannon Tiezzi, ahli dari U.S.-China Policy Foundation, Tiongkok punya dua cara untuk mengatasi terorisme di Xinjiang.Cara pertama, kata Tiezzi, adalah melakukan pemberantasan aktivitas terorisme, menyebabkan puluhan orang ditahan dan diadili. Cara kedua, Beijing meningkatkan strateginya dalam mengembangkan perekonomian di wilayah itu untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di antara masyarakat Uighur yang merupakan salah satu penyebab munculnya terorisme."Dalam konteks ini, inisiatif Jalur Sutra terkait sempurna dengan rencana Tiongkok mengembangkan wilayah miskin dan kurang berkembangdi daerah barat, termasuk XInjiang. Sabuk Ekonomi Jalur Sutra jadi alasan pemerintah pusat untuk habis-habisan mengeluarkan dana bagi pembangunan kawasan," kata Tiezzi kepada The Diplomat (19/11).Efek pembangunan ini mulai terasa di Xinjiang.Salah satu yang merasakannyaadalah Kota kecil Horgos di Xinjiang. Kota yang baru dikembangkan Juli lalu ini dibuat menjadi pusat perdagangan dan transportasi bagian dari Jalur Sutra yang menghubungkan Tiongkok dengan Kazakhstan, Rusia dan bahkan Jerman.Bahkan, kota berpenduduk hanya 85 ribu orang itu sekarang adalah tempat zona perdagangan bebas antar perbatasan pertama di Tiongkok. Untuk daerah ini, Tiongkok menginvestasikan dana hingga US$3,25 miliar."Antara Januari dan Agustus 2014, pendapatan pemerintah Horgos lebih tinggi 80 persen ketimbang periode yang sama pada 2013," kata Tiezzi.Walaupun perekonomian berkembang, namun komunitasUighur di pengasingan merasa waswas. Menjaga iklim investasi tetap aman bagi investor asing akan menjadi alasan Tiongkok dalam menindas dan memberangus Uighur di Xinjiang."Investasi US$40 miliar Tiongkok yang diperkenalkan Xi adalah kabar buruk bagi masyarakat Uighur," kata Seytoff."Investasi Tiongkok tidak membawa kemakmuran, stabilitas atau perdamaian bagirakyat Uighur di Turkistan Timur. Saat Turkistan Timur secara strategis semakin penting, yang merupakan gerbang bagi Asia Tengah dan Selatan ke Tiongkok, kami melihat lebih banyak penindasan terhadap Uighur dalam satu dekade terakhir, terutama sejak 9/11," lanjut Seytoff lagi.
Komentar
Posting Komentar