Menyambangi Akar Seni Masyarakat Bali
Museum Puri Lukisan Ubud (CNN Indonesia/Rizky Sekar Afrisia)Bali, CNN Indonesia-- Sehari sebelum Tjokorda Gde Agung Sukawati meninggal sekitar tahun 1978, Anak Agung Gde Muning mendapat telegraf. Muning merupakan salah satu kawan dekat Tjokorda di Yayasan Pitamaha. Pria yang kini berusia 80-an tahun itu diminta datang ke Surabaya.“Muning, segera datang ke Surabaya,” ujar Muning pada CNN Indonesia saat ditemui di Museum Puri Lukisan, Ubud, Bali, Jumat (28/11). Tanpa banyak cakap, ia langsung ke sana. Sekitar setengah jam Muning habiskan untuk berbincang dengan Tjokorda.“Beliau bilang, ‘Kembali, perhatikan museum’,” Muning berkata menirukan pesan terakhir sosok yang pernah menduduki jabatan penting pada masa Indonesia masih menjadi Negara Indonesia Timur itu. Muning menurut. “Besoknya, Beliau meninggal,” ia melanjutkan.Hingga saat ini, Muning masih mengabdi pada museum. Ia adalah kurator di sana. Muning juga kerap duduk bersama penjaga, menyapa turis domestik ataupun mancanegara, dan dengan senang hati berbagi cerita dengan mereka.Museum yang dimaksud Tjokorda dan kini jadi rumah kedua Muning itu, adalah Museum Puri Lukisan. Letaknya di jantung Ubud, tak jauh dari pusat keramaian pasar seni. Tempat itu bisa dicapai dengan berjalan 200 meter atau lima menit dari Puri Saren ke arah Museum Blanco.Dari depan, museum itu hanya terlihat seperti bangunan tradisional Bali dengan halaman parkir yang luas. Jika menengok ke dalam dengan membayar Rp 50 ribu, pengunjung akan tercengang. Salah satu museum tertua di Bali itu dirancang demikian apik.Rimbun pohon dan bunga berpadu dengan rumput yang terpangkas rapi. Lengkap dengan patung serta pancuran air dan kolam jernih. Polanya mengikuti kontur tanah Ubud yang bergelombang. Disambut lembah, lalu dilanjut bukit.Museum Puri Lukisan terdiri atas sedikitnya lima bangunan utama. Masing-masing bergaya khas Bali, dengan patung bersarung kotak-kotak di tiap pintunya. Tiap bangunanmenyuguhkan pengalaman seni dan pameran lukisan yang berbeda-beda.(Baca juga: Museum Puri Lukisan, Bukti Sejarah Bali yang Mendunia)Bangunan sebelah kiri setelah pengunjung masuk merupakan yang terbaru dan khusus menyajikan pameran lukisan. Saat CNN Indonesia berkunjung, goresan unik karya Gusti Nyoman Lempad sedang dipamerkan. Ia memenuhi hampir separuh ruangan.Coretannya mengandung tema berbeda-beda. Mulai ritual tradisional Indonesia, segala hal tentang Hindu, sampai kamasutra yang diletakkan dalam ruangan tersendiri dengan tambahan tulisan: ‘Khusus 18 tahun ke atas’. Goresan tangannya tegas dan detail.Terang saja, Lempad salah satuseniman pionir di Ubud. Ia melukis sejak 1800-an. “Saya suka di sini. Semuanya sangat indah. Tentu saja saya tahu Lempad, saya pencinta seni,” ujar seorang turis asal Belanda yang terlihat mengagumi karya-karya Lempad.Lukisan itu seharusnya dipamerkan sampai 26 November 2014, namun diperpanjang seminggu.Selain karya Lempad, separuh ruangan lain ditempati riwayat Tjokorda. Foto-fotonya semasa muda, dokumentasinya saat menyambut tamu asing, sampai korespondensi dan dokumentasi pemberitaannya tersimpan lengkap.Tjokorda memang seorang tokoh. Ia salah satu orang paling berjasa di Bali. Ia lah yang pertama mengenalkan Bali ke mata dunia. Itu terjadi saat Tjokorda bertemu Walter Spies dan Rudolf Bonnet, seorang Jerman dan Belanda. Bersama mereka, Tjokorda merajut masa depan Bali.Ketiganya satu visi soal seni. Mereka lalu mendirikan Yayasan Pitamaha untuk mewadahi para seniman Bali, sekitar tahun 1936. Salah satu seniman itu, adalah Lempad. Dari yayasan itu, berkembang ide membangun museum. Jadilah Museum Puri Lukisan.Peletakan batu pertama dilakukan Ali Sastroamidjojo tahun 1954, yang merupakan Perdana Menteri Indonesia kalaitu. Dua tahun kemudian, baru Museum Puri Lukisan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Yamin.Hingga kini, museum terus dirawat dan diperluas. Bangunan yang berisi riwayat Tjokorda bukan satu-satunya yang tegak berdiri. Di samping kirinya, terdapat bangunan yang menampung lukisan-lukisan modern. Batas waktunya, usai Perang Dunia II.Lebih jauh ke dalam, di ujung kiri atas Museum Puri Lukisan ada ruangan yang menyimpan karya-karya lukisan sebelum era Perang Dunia II. Batas tahunnya antara 1930-1945. Di bagian depan bangunan itu, terdapat mural yang dibuat sendiri oleh Lempad.Turun searah jarum jam dari bangunan itu, terdapat galeri lain yang menyimpan koleksi yang lebih tua lagi. Ada lukisan tahun 1800-an, yang dibuat dari kayu atau kain, alih-alih kanvas, masih tersimpan rapi. Terkadang ada beberapa yang warnanya memudar.Terakhir, ada bangunan untuk workshop dan restoran. Yang menarik, seluruh bangunan itu mengelilingi pendapa panjang dan kolam besar dengan bungalotus cantik mengambang di permukaannya. Patung dewi menyunggi kendi dengan air mengalir tak henti di tengah kolam itu, seakan melambangkan usia museum yang akan abadi, selama masyarakat masih mencintai seni.
Komentar
Posting Komentar